Selasa, 02 Mei 2017

MAKNA DARI LAGU DAERAH KALIMANTAN TIMUR; INDUNG-INDUNG


ANNISA
1614015051
Sastra Indonesia B 2016

Artikel saya kali ini akan membahas tentang lagu daerah tempat kelahiran saya, Kalimantan Timur. Beberapa lagu-lagu dari kalimantan timur seperti Nasi Bakepor, Indung-indung, Sorangan dan lain-lain. Kali ini saya akan membahas lebih dalam tentang lagu “Indung-indung”, melalui liriknya yang saya terjemahkan sendiri dan tentu menurut fakta-fakta yang ada di lingkungan sekitar.

Lagu Indung-indung, adalah lagu yang membawa saya kembali ke masa kecil saya. di mana saat itu, orang tua saya menyanyikan lagu itu ketika saya susah untuk tidur di malam hari. Berikut Lirik lagu Indung-indung

Indung-indung

Indung-indung kepala lindung
Hujan di udik di sini mendung
Anak siapa pakai kerudung
Mata melirik kaki kesandung
La hawla walla quwwatta
Mata melihat seperti buta
Tiada daya tiada upaya
Melainkan tuhan yang maha esa
Aduh-aduh Siti Aishah
Mandi di kali rambutnya basah
Tidak sembahyang tidak puasa
Di dalam kubur mendapat siksa
Duduk goyang di kursi gorang
Beduk subuh hampir siang
Bangunkan Ibu suruh sembahyang
Jadilah anak yang tersayang

Setelah saya memahami kembali setiap lirik laguini, ternyata lagu ini berkaitan dengan keagamaan. Khususnya Agama Islam. Hal ini terdapat dari beberapa liriknya yang ada.
Mari kita bahas setiap liriknya yang berkaitan dengan kepercayaan agama islam.

“Indung-indung kepala lindung
Hujan di udik di sini mendung
Anak siapa pakai kerudung
Mata melirik kaki kesandung”

Menurut Kamus Mini Bahasa Indonesia, indung berarti Mama (emak) dan udik berarti desa.
Dan menurut saya, lirik ini menjelasakan tentang para orangtua –khsusnya Ibu yang memberikan pengajaran yang baik kepada anaknya seperti orang yang bertempat tinggal di desa, yang masih menjunjung tinggi budaya timur yang sangat sopan santun.
Pengajaran sopan santun ini, dapat dimulai dari berpakaian dengan menutup aurat, untuk perempuan dari atas kepala sampai kaki, yang hanya menyisahkan telapak tangan dan wajah. Setelah menutup aurat, diharapkan para perempuan untuk menjaga pandangannya.

“La hawla walla quwwatta
Mata melihat seperti buta
Tiada daya tiada upaya
Melainkan Tuhan yang maha esa”

Pada bagian lirik ini, sangat jelas menunjukkan kalau lagu ini menunjukkan ke islamannya. Dalam artiannya, manusia memang dapat melihat tapi tidak pernah tau apa yang akan terjadi di waktu selanjutnya. Hanya Tuhan (Allah) yang maha esa yang dapat mengatur segalanya. Kami (para manusia) hanya bisa berserah dari dan berdoa setelah berusaha. Di dalam kitab suci Allah dan sunah rasulullah, allah swt benar-benar melindungi jiwa dan mengukuhkan kemudian dan kehormatannya, agar supaya mereka menjadi tegak, lurus, aman, dan damai (Sunarto,101: 2004).

“Aduh-aduh Siti Aishah
Mandi di kali rambutnya basah
Tidak sembahyang tidak puasa
Di dalam kubur mendapat siksa”

Percuma saja merias diri atau berpenampilan yang mewah, jika tidak dibarengi dengan sembahyang dan puasa. Akan tetap mendapat siksa setelah dia mati nantinya. Karna penampilan yang menarik tidak akan dibawa mati, itu hanya kesombongan duniawi.

“Duduk goyang di kursi gorang
Beduk subuh hampir siang
Bangunkan Ibu suruh sembahyang
Jadilah anak yang tersayang”

Untuk menjadi anak yang berbakti marilah mulai dengan mengingatkan orangtua untuk sembahyang (sholat) tepat waktu.
Orangtua biasanya menyanyikan lagu ini pada anaknya yang masih kecil. Mereka mengharapkan anaknyatumbuh menjadi anak yang lebih baik lagi.
Setiap orangtua tentu mengetahui, keluarga merupakan dunia pertama bagi seorang anak. Mengetahui bahwa setiap rangsangan yang diterima anak sejak kecil, yang dilakukan secara sadar maupun tidak sengaja oleh orangtua, akan membawa pengaruh dan arah perkembangan anak di kemudian hari (Kurniasih, 9: 2010).

Daftar Pustaka
Prihantini, Ainia. 2015. Kamus Mini Bahasa Indonesia. Jakarta: Bentang Pustaka.
Sunarto, Achamd. 2004. Khutbah Jum’at sepanjang masa. Surabaya: Gali Ilmu.
Kurniasih, Imas. 2010. Mendidik SQ anak menurut Nabi Muhammad saw. Yogyakarta: Pustaka Marwa.