ANNISA
1614015051
Sastra Indonesia
B 2016
Artikel
saya kali ini akan membahas tentang lagu daerah tempat kelahiran saya,
Kalimantan Timur. Beberapa lagu-lagu dari kalimantan timur seperti Nasi Bakepor,
Indung-indung, Sorangan dan lain-lain. Kali ini saya akan membahas lebih dalam
tentang lagu “Indung-indung”, melalui liriknya yang saya terjemahkan sendiri
dan tentu menurut fakta-fakta yang ada di lingkungan sekitar.
Lagu
Indung-indung, adalah lagu yang membawa saya kembali ke masa kecil saya. di
mana saat itu, orang tua saya menyanyikan lagu itu ketika saya susah untuk
tidur di malam hari. Berikut Lirik lagu Indung-indung
Indung-indung
Indung-indung
kepala lindung
Hujan
di udik di sini mendung
Anak
siapa pakai kerudung
Mata
melirik kaki kesandung
La
hawla walla quwwatta
Mata
melihat seperti buta
Tiada
daya tiada upaya
Melainkan
tuhan yang maha esa
Aduh-aduh
Siti Aishah
Mandi
di kali rambutnya basah
Tidak
sembahyang tidak puasa
Di
dalam kubur mendapat siksa
Duduk
goyang di kursi gorang
Beduk
subuh hampir siang
Bangunkan
Ibu suruh sembahyang
Jadilah
anak yang tersayang
Setelah
saya memahami kembali setiap lirik laguini, ternyata lagu ini berkaitan dengan keagamaan.
Khususnya Agama Islam. Hal ini terdapat dari beberapa liriknya yang ada.
Mari
kita bahas setiap liriknya yang berkaitan dengan kepercayaan agama islam.
“Indung-indung kepala
lindung
Hujan di udik di sini
mendung
Anak siapa pakai
kerudung
Mata melirik kaki
kesandung”
Menurut
Kamus Mini Bahasa Indonesia, indung berarti Mama (emak) dan udik berarti desa.
Dan
menurut saya, lirik ini menjelasakan tentang para orangtua –khsusnya Ibu yang
memberikan pengajaran yang baik kepada anaknya seperti orang yang bertempat
tinggal di desa, yang masih menjunjung tinggi budaya timur yang sangat sopan
santun.
Pengajaran
sopan santun ini, dapat dimulai dari berpakaian dengan menutup aurat, untuk
perempuan dari atas kepala sampai kaki, yang hanya menyisahkan telapak tangan
dan wajah. Setelah menutup aurat, diharapkan para perempuan untuk menjaga
pandangannya.
“La hawla walla
quwwatta
Mata melihat seperti
buta
Tiada daya tiada upaya
Melainkan Tuhan yang
maha esa”
Pada
bagian lirik ini, sangat jelas menunjukkan kalau lagu ini menunjukkan ke
islamannya. Dalam artiannya, manusia memang dapat melihat tapi tidak pernah tau
apa yang akan terjadi di waktu selanjutnya. Hanya Tuhan (Allah) yang maha esa
yang dapat mengatur segalanya. Kami (para manusia) hanya bisa berserah dari dan
berdoa setelah berusaha. Di dalam kitab suci Allah dan sunah rasulullah, allah
swt benar-benar melindungi jiwa dan mengukuhkan kemudian dan kehormatannya,
agar supaya mereka menjadi tegak, lurus, aman, dan damai (Sunarto,101: 2004).
“Aduh-aduh Siti Aishah
Mandi di kali rambutnya
basah
Tidak sembahyang tidak
puasa
Di dalam kubur mendapat
siksa”
Percuma
saja merias diri atau berpenampilan yang mewah, jika tidak dibarengi dengan
sembahyang dan puasa. Akan tetap mendapat siksa setelah dia mati nantinya.
Karna penampilan yang menarik tidak akan dibawa mati, itu hanya kesombongan
duniawi.
“Duduk goyang di kursi
gorang
Beduk subuh hampir
siang
Bangunkan Ibu suruh
sembahyang
Jadilah anak yang
tersayang”
Untuk
menjadi anak yang berbakti marilah mulai dengan mengingatkan orangtua untuk
sembahyang (sholat) tepat waktu.
Orangtua
biasanya menyanyikan lagu ini pada anaknya yang masih kecil. Mereka
mengharapkan anaknyatumbuh menjadi anak yang lebih baik lagi.
Setiap
orangtua tentu mengetahui, keluarga merupakan dunia pertama bagi seorang anak.
Mengetahui bahwa setiap rangsangan yang diterima anak sejak kecil, yang
dilakukan secara sadar maupun tidak sengaja oleh orangtua, akan membawa
pengaruh dan arah perkembangan anak di kemudian hari (Kurniasih, 9: 2010).
Daftar Pustaka
Prihantini, Ainia. 2015. Kamus Mini Bahasa
Indonesia. Jakarta: Bentang Pustaka.
Sunarto, Achamd. 2004. Khutbah Jum’at sepanjang masa. Surabaya: Gali Ilmu.
Kurniasih, Imas. 2010. Mendidik SQ anak menurut Nabi Muhammad saw. Yogyakarta:
Pustaka Marwa.